Jumat, 17 Desember 2010

Kerangka Karangan / Outline

Membuat Kerangka Karangan
Ada 2 macam karangan yaitu karangan yang bersifat fiksi dan karangan yang bersifat nonfiksi. Fiksi lebih kearah khayalan sedangkan nonfiksi lebih ke arah kejadian nyata (benar-benar terjadi). Penulisan karya tulis merupakan salah satu contoh karangan nonfiksi karena kejadiannya yang benar-benar dialami, atau dikerjakan. Sedangkan karangan fiksi contoh nyatanya adalah cerita pendek yang terkadang berupa cerita yang tidak mungkin terjadi.

Pada dasarnya, untuk menyusun karangan dibutuhkan langkah-langkah awal untuk membentuk kebiasaan teratur dan sistematis yang memudahkan kita dalam mengembangkan karangan.

Langkah-Langkah Menyusun Karangan.

1. Menentukan tema dan judul
Sebelum anda mau melangkah, pertama kali dipikirkan adalah mau kemana kita berjalan? lalu bila menulis, apa yang akan kita tulis? Tema adalah pokok persoalan, permasalahan, atau pokok pembicaraan yang mendasari suatu karangan. Sedangkan yang dimaksud dengan judul adalah kepala karangan. Kalau tema cakupannya lebih besar dan menyangkut pada persoalan yang diangkat sedangkan judul lebih pada penjelasan awal (penunjuk singkat) isi karangan yang akan ditulis.

Tema sangat terpengaruh terhadap wawasan penulis. Semakin banyak penulis membiasakan membaca buku, semakin banyak aktifitas menulis akan memperlancar penulis memperoleh tema.
Namun, bagi pemula perlu memperhatikan beberapa hal penting agar tema yang diangkat mudah dikembangkan. diantaranya :

a. Jangan mengambil tema yang bahasannya terlalu luas.
b. Pilih tema yang kita sukai dan kita yakini dapat kita kembangkan.
c. Pilih tema yang sumber atau bahan-bahannya dapat dengan mudah kita peroleh.

Terkadang memang dalam menentukan tema tidak selamanya selalu sesuai dengan syarat-syarat diatas. Contohnya saat lomba mengarang, tema sudah disediakan sebelumnya dan kita hanya bisa memakainya.Ketika tema sudah didapatkan, perlu diuraikan atau membahas tema menjadi suatu bentuk karangan yang terarah dan sistematis. Salah satu caranya dengan menentukan judul karangan. Judul yang baik adalah judul yang dapat menyiratkan isi keseluruhan karangan kita.

2. Mengumpulkan bahan
Setelah punya tujuan, dan mau melangkah, lalu apa bekal anda? Sebelum melanjutkan menulis, perlu ada bahan yang menjadi bekal dalam menunjukkan eksistensi tulisan. Bagaimana ide, dan inovasi dapat diperhatikan kalau tidak ada hal yang menjadi bahan ide tersebut muncul. Buat apa ide muluk-muluk kalau tidak diperlukan. Perlu ada dasar bekal dalam melanjutkan penulisan.
Untuk membiasakan, kumpulkanlah kliping-kliping masalah tertentu (biasanya yang menarik penulis) dalam berbagai bidang dengan rapi. Hal ini perlu dibiasakan calon penulis agar ketika dibutuhkan dalam tulisan, penulis dapat membuka kembali kliping yang tersimpan sesuai bidangnya. Banyak cara mengumpulkannya, masing-masing penulis mempunyai cara sesuai juga dengan tujuan tulisannya.

3. Menyeleksi bahan
Setelah ada bekal, dan mulai berjalan, tapi bekal mana yang akan dibawa? agar tidak terlalu bias dan abstrak, perlu dipilih bahan-bahan yang sesuai dengan tema pembahasan. Polanya melalui klarifikasi tingkat urgensi bahan yang telah dikumpulkan dengan teliti dan sistematis. berikut ini petunjuk-petunjuknya:

a. Catat hal penting semampunya.
b. Jadikan membaca sebagai kebutuhan.
c. .Banyak diskusi, dan mengikuti kegiatan-kegiatan ilmiah.

4. Membuat kerangka
Bekal ada, terpilih lagi, terus melangkah yang mana dulu? Perlu kita susun selangkah demi selangkah agar tujuan awal kita dalam menulis tidak hilang atau melebar ditengah jalan. Kerangka karangan menguraikan tiap topik atau masalah menjadi beberapa bahasan yang lebih fokus dan terukur.
Kerangka karangan belum tentu sama dengan daftar isi, atau uraian per bab. Kerangka ini merupakan catatan kecil yang sewaktu-waktu dapat berubah dengan tujuan untuk mencapai tahap yang sempurna.

Berikut fungsi kerangka karangan :
a .Memudahkan pengelolaan susunan karangan agar teratur dan sistematis
b. Memudahkan penulis dalam menguraikan setiap permasalahan.
c. Membantu menyeleksi materi yang penting maupun yang tidak penting

Tahapan dalam menyusun kerangka karangan :
a. Mencatat gagasan. Alat yang mudah digunakan adalah pohon pikiran (diagram yang menjelaskan gagasan2 yang timbul)
b. Mengatur urutan gagasan.
c. Memeriksa kembali yang telah diatur dalam bab dan subbab
d .Membuat kerangka yang terperinci dan lengkap

Merangka karangan yang baik adalah kerangka yang urut dan logis. Bila terdapat ide yang bersilangan, akan mempersulit proses pengembangan karangan. (karangan tidak mengalir)

5. Mengembangkan kerangka karangan
Proses pengembangan karangan tergantung sepenuhnya pada penguasaan kita terhadap materi yang hendak kita tulis. Jika benar-benar memahami materi dengan baik, permasalahan dapat diangkat dengan kreatif, mengalir dan nyata. Terbukti pula kekuatan bahan materi yang kita kumpulkan dalam menyediakan wawasan untuk mengembangkan karangan.

Pengembangan karangan juga jangan sampai menumpuk dengan pokok permasalahan yang lain. Untuk itu pengembangannya harus sistematis, dan terarah. Alur pengembangan juga harus disusun secara teliti dan cermat. Semakin sistematis, logis dan relevan pada tema yang ditentukan, semakin berbobot pula tulisan yang dihasilkan.

Sabtu, 06 November 2010

Tema, Judul, Topik

Pengertian Tema, Judul, dan Topik

1. TEMA

Tema berasal dari bahasa Yunani “thithenai”, berarti sesuatu yang telah diuraikan atau sesuatu yang telah ditempatkan.

Tema merupakan persoalan utama yang diungkapkan oleh seorang pengarang dalam sebuah karya sastra, seperti cerpen, novel, ataupun suatu karya tulis. Tema juga dapat dikatakan sebagai suatu gagasan pokok atau ide dalam membuat suatu tulisan.

Beberapa sumber mengatakan, pengertian tema dalam karang-mengarang dapat dilihat dari dua sudut, yaitu dari sudut karangan yang telah selesai dan dari proses penyusunan karangan itu sendiri.

Dilihat dari sudut karangan yang telah selesai, tema adalah suatu amanat yang disampaikan oleh penulis melalui karangannya. Sedangkan dari segi proses penulisan, tema adalah suatu perumusan dari topic yang akan dijadikan landasan pembicaraan dan tujuan yang akan dicapai melalui topic tadi. Hasil perumusan tema bisa dinyatakan dalah sebuah kalimat singkat, tetapi dapat pula mengambil bentuk berupa sebuah alinea, ikhtisar-ikhtisar, dan kadang-kadang ringkasan.

Panjang tema tergantung dari berapa banyak hal yang akan disampaikan sebagai perincian dari tujuan utama. Perbandingan antara tema dengan karangan dapat disamakan dengan hubungan antara sebuah kalimat dan gagasan utama kalimat yang terdiri dari subjek dan predikat. Begitu juga kedudukan tema secara konkrit dapat dilihat dalama hubungan antara kalimat topic dan alinea. Kalimat topic merupakan tema dari alinea itu, sedangkan kalimat lain hanya berfungsi untuk memperjelas kalimat topic atau tema alinea tersebut.

2. JUDUL

Judul adalah nama yang dipakai untuk buku, bab dalam buku, kepala berita, dan lain-lain, identitas atau cermin dari jiwa seluruh karya tulis, bersifat menjelaskan diri dan yang menarik perhatian dan adakalanya menentukan wilayah(lokasi). Dalam artikel judul sering disebut juga kepala tulisan. Ada juga yang mendefinisikan judul sebagai lukisan suatu artikel atau juga disebut miniature isi bahasan.

Judul dapat dikatakan sebagai jabaran topic atau tema. Karena itu, judul harus mampu mencerminkan topic atau tema, tidak boleh menyimpang dari intinya.

3. TOPIK

Topic berasal dari bahasa Yunani “Topoi” yang berarti tempat, dalam tulis menulis berarti pokok pembicaraan atau sesuatu yang menjadi landasan penulisan suatu artikel. Topic juga bisa diartikan sebagai pokok pembicaraan dalam diskusi, ceramah, karangan, dsb, bahan diskusi.

Jika yang dibicarakan hanya satu masalah saja, maka hal semacam itu disebut topic tunggal. Akan tetapi, kadangkala seseorang mula-mula membicarakan satu masalah saja, kemudian berkembang kepada masalah lain, maka topiknya menjadi banyak. Topic semacam itu disebut multitopik atau topic ganda.

CIRI-CIRI Tema, Judul, Topik

TEMA

Ciri-ciri tema, antara lain.

1.Dalam novel dan cerpen, tema biasanya dapat dilihat melalui persoalan yang dikemukakan.
2. Tema juga dapat dilihat melalui cara-cara watak itu bertentangan satu sama lain, bagaimana cerita diselesaikan.
3. Tema dapat dikesan melalui peristiwa, kisah, suasana dan unsur lain seperti nilai kemanusiaan yang terdapat dalam cerita, plot cerita, perwatakan watak-watak dalam sebuah cerita.

JUDUL

Ciri-ciri judul, antara lain.

1. Relevan dengan tema cerita tersebut, atau ada keterkaitan dengan beberapa bagian penting dari tema tersebut.
2. Biasanya judul harus provokatif dengan menarik si pembaca dan menimbulkan keingintahuan pembaca terhadap isi cerita tersebut.
3. Judul terdiri dari lima kata dan diusahakan tidak boleh lebih.
4. Judul tidak boleh mengambil bentuk kalimat atau frasa yang panjang, tetapi berbentuk kata yang singkat.
5. Judul harus mencerminkan topic atau tema, tidak boleh menyimpang.

TOPIK

Ciri-ciri topic, antara lain

1. Topic harus menarik perhatian si pembaca, sehingga mampu menimbulkan rasa keingintahuan pembaca
2. Mencakup keseluruhan isi cerita

sumber
http://ita-kyu-kiyut.blogspot.com/2010/01/ragam-bahasa-tugas-kelompok.html

Sabtu, 23 Oktober 2010

Kalimat Efektif

Kalimat dikatakan efektif apabila berhasil menyampaikan pesan, gagasan, perasaan, maupun pemberitahuan sesuai dengan maksud si pembicara atau penulis. Untuk itu penyampaian harus memenuhi syarat sebagai kalimat yang baik, yaitu strukturnya benar, pilihan katanya tepat, hubungan antarbagiannya logis, dan ejaannya pun harus benar.

Ciri-ciri kalimat efektif: (memiliki)
1. KESATUAN GAGASAN

Memiliki subyek,predikat, serta unsur-unsur lain ( O/K) yang saling mendukung serta membentuk kesaruan tunggal.

2. KESEJAJARAN
Memiliki kesamaan bentukan/imbuhan. Jika bagian kalimat itu menggunakan kata kerja berimbuhan di-, bagian kalimat yang lainnya pun harus menggunakan di- pula.

3. KEHEMATAN
Kalimat efektif tidak boleh menggunakan kata-kata yang tidak perlu. Kata-kata yang berlebih. Penggunaan kata yang berlebih hanya akan mengaburkan maksud kalimat.
Bunga-bunga mawar, anyelir, dan melati sangat disukainya.

4. KELOGISAN
Kalimat efektif harus mudah dipahami. Dalam hal ini hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal.
Contoh :
Waktu dan tempat saya persilakan.


Berikut ini akan disampaikan beberapa pola kesalahan yang umum terjadi dalam penulisan serta perbaikannya agar menjadi kalimat yang efektif.

1. Penggunaan dua kata yang sama artinya dalam sebuah kalimat :

- Sejak dari usia delapan tauh ia telah ditinggalkan ayahnya.

(Sejak usia delapan tahun ia telah ditinggalkan ayahnya.)

- Hal itu disebabkan karena perilakunya sendiri yang kurang menyenangkan.

(Hal itu disebabkan perilakunya sendiri yang kurang menyenangkan.

2. Penggunaan kata berlebih yang ‘mengganggu’ struktur kalimat :

- Menurut berita yang saya dengar mengabarkan bahwa kurikulum akan segera diubah.

(Berita yang saya dengar mengabarkan bahwa kurikulum akan segera diubah. / Menurut berita yang saya dengar, kurikulum akan segera diubah.)

- Kepada yang bersalah harus dijatuhi hukuman setimpal.

(Yang bersalah harus dijatuhi hukuman setimpal.)

3. Penggunaan imbuhan yang kacau :

- Yang meminjam buku di perpustakaan harap dikembalikan.

(Yang meminjam buku di perpustakaan harap mengembalikan. / Buku yang dipinjam dari perpustakaan harap dikembalikan)

- Ia diperingati oleh kepala sekolah agar tidak mengulangi perbuatannya.

(Ia diperingatkan oleh kepala sekolah agar tidak mengulangi perbuatannya.

4. Kalimat tak selesai :

- Manusia yang secara kodrati merupakan mahluk sosial yang selalu ingin berinteraksi.

(Manusia yang secara kodrati merupakan mahluk sosial, selalu ingin berinteraksi.)

- Rumah yang besar yang terbakar itu.

(Rumah yang besar itu terbakar.)

5. Penggunaan kata dengan struktur dan ejaan yang tidak baku :

- Kita harus bisa merubah kebiasaan yang buruk.

(Kita harus bisa mengubah kebiasaan yang buruk.)

- Pertemuan itu berhasil menelorkan ide-ide cemerlang.

(Pertemuan itu telah menelurkan ide-ide cemerlang.)

6. Penggunaan tidak tepat kata ‘di mana’ dan ‘yang mana’ :

- Saya menyukainya di mana sifat-sifatnya sangat baik.

(Saya menyukainya karena sifat-sifatnya sangat baik.)

- Rumah sakit di mana orang-orang mencari kesembuhan harus selalu bersih.

(Rumah sakit tempat orang-orang mencari kesembuhan harus selalu bersih.)

7. Penggunaan kata ‘daripada’ yang tidak tepat :

- Seorang daripada pembatunya pulang ke kampung kemarin.

(Seorang di antara pembantunya pulang ke kampung kemarin.)

- Seorang pun tidak ada yang bisa menghindar daripada pengawasannya.

(Seorang pun tidak ada yang bisa menghindar dari pengawasannya.)

8. Pilihan kata yang tidak tepat :

- Bukunya ada di saya.

(Bukunya ada pada saya.)

Sumber :

www.bisnet.or.id/vle/mod/resource/view.php?id=1057

Paragraf Deskriptif

Paragraf Deskripsi

Deskripsi adalah salah satu jenis karangan yang melukiskan suatu objek sesuai dengan keadaan yang sebenarnya sehingga pembaca dapat melihat, mendengar, merasakan, mencium secara imajinatif apa yang dilihat, didengar, dirasakan, dan dicium oleh penulis tentang objek yang dimaksud.

Contoh

Gadis kecil itu. Ia terus memandangi lautan yang biru. Gulungan riak-riak kecil tak
membuatnya bergeming. Hembusan hawa pantai nan panas, tak membuat matanya
beralih dari laut. Air pantai terus menyapu lembut kulit kakinya. Deburan suara ombak mengisiki telinganya. Hari itu langit tak berawan. Ia terus memandangi laut. Laut
yang semakin biru sampai ambang cakrawala.Ia memandangi nelayan yang tengah
menepi. Memandangi pulau kecil nan jauh di seberang sana. Ia benci laut!
Gadis itu benci laut, karena di sanalah kedua orang tuanya meninggal.

Penjelasan Lanjut

Contoh paragraf deskripsi Bahasa Indonesia adalah sebuah paragraf yang menjelaskan segala sesuatunya dengan detail dan rinci. Misalnya menjelaskan tentang mobil maka dalam paragraf deskripsi akan dijelaskan secara detail misalnya bentuk mobil itu, warnanya, bagaimana kondisi bannya, kursinya dan semua hal detailnya.

Contoh paragraf deskripsi bahasa Indonesia yang paling sering digunakan adalah di dalam novel atau cerpen dimana penjelasan yang rinci untuk pembaca sangat dibutuhkan.

Sabtu, 16 Oktober 2010

Kalimat dasar bahasa Indonesia

Dalam berbahasa, baik secara lisan maupun tulis, kita sebenarnya tidak mengunakan kata-kata secara lepas. Akan tetapi, kata-kata itu terangkai mengikuti aturan atau kaidah yang berlaku sehingga terbentuklah rangkaian kata yang dapat mengungkapkan gagasan, pikiran, atau perasaan. Rangkaian kata yang dapat mengungkapkan gagasan, pikiran, atau perasaan itu dinamakan kalimat.

Unsur – unsur kalimat :

1. SUBYEK

adalah Unsur yang melakukan suatu tindakan atau kerja dalam suatu kalimat.

2. PREDIKAT

adalah sebagai unsur kata kerja.

3. OBYEK

adalah unsur yang dikenai kerja oleh subyek.

4. KETERANGAN

adalah kata keterangan kalimat tersebut terjadi dapat berupa keterangan waktu ataupun tempat kejadian.

5. PELENGKAP

adalah unsur yang melengkapi kalimat tak berobyek (Contoh : Adik menangis tersedu-sedu).

Kalimat yang kita gunakan sesungguhnya dapat dikembalikan ke dalam sejumlah kalimat dasar yang sangat terbatas. Dengan perkataan lain, semua kalimat yang kita gunakan berasal dari beberapa pola kalimat dasar saja. Sesuai dengan kebutuhan kita masing-masing, kalimat dasar tersebut kita kembangkan, yang pengembangannya itu tentu saja harus didasarkan pada kaidah yang berlaku. Pola dasar kalimat bahasa Indonesia adalah sebagai berikut :

· Kalimat Dasar Berpola S P

Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek dan predikat. Predikat kalimat untuk tipe ini dapat berupa kata kerja, kata benda, kata sifat, atau kata bilangan. Misalnya:

(1) Mereka / sedang berenang.

S P (kata kerja)

(2) Ayahnya / guru SMA.

S P (kata benda)

(3) Gambar itu / bagus.

S P (kata sifat)

(4) Peserta penataran ini / empat puluh orang.

S P (kata bilangan)

· Kalimat Dasar Berpola S P O

Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan objek. Misalnya:

(5) Mereka / sedang menyusun / karangan ilmiah.

S P O

· Kalimat Dasar Berpola S P Pel.

Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan pelengkap. Misalnya:

(6) Anaknya / beternak / ayam.

S P Pel.

· Kalimat Dasar Berpola S P O Pel.

Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan pelengkap. Misalnya:

(7) Dia / mengirimi / saya / surat.

S P O Pel.

· Kalimat Dasar Berpola S P K

Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan keterangan. Misalnya:

(8) Mereka / berasal / dari Surabaya.

S P K

· Kalimat Dasar Berpola S P O K

Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan keterangan. Misalnya:

(9) Kami / memasukkan / pakaian / ke dalam lemari.

S P O K

Kalimat yang Baik dan Benar

Kalimat yang benar adalah kalimat yang sesuai dengan aturan atau kaidah yang berlaku, baik yang berkaitan dengan kaidah tata bunyi (fonologi), tata bahasa, kosakata, maupun ejaan. Sementara itu, kalimat yang baik adalah kalimat yang efektif, yaitu kalimat yang dapat menyampaikan pesan/informasi secara tepat. Perhatikan kedua contoh kalimat berikut ini.

(10) Dia mencarikan pekerjaan untuk saya.

(11) Kucing itu telah wafat dengan sukses.

Kata kerja mencarikan tergolong kata kerja benefaktif, dalam arti, pekerjaan tersebut

dilakukan untuk orang lain. Oleh karena itu, kata kerja tersebut harus diikuti oleh objek yang

berupa orang sehingga susunan yang benar untuk kalimat (10) adalah Dia mencarikan saya

pekerjaan. Akan tetapi, walaupun tidak memenuhi syarat sebagai kalimat yang benar, kalimat

(10) dapat dikatakan sebagai kalimat yang baik karena dapat menyampaikan pesan/informasi.

Sebaliknya, kalimat (11) tergolong kalimat yang benar karena telah memenuhi kaidah tata

bahasa (ada subjek, predikat, dan keterangan), tetapi tidak dapat menyampaikan pesan secara

efektif. Orang akan bertanya-tanya, mengapa untuk kucing digunakan kata wafat, dan mengapa

kata wafat diberi keterangan sukses.

Berikut ini dipaparkan beberapa ciri kalimat yang baik dan benar.

· Kalimat Memiliki Subjek yang Jelas

· Kalimat Memiliki Predikat yang Jelas

· Bagian Kalimat Majemuk tidak Dipenggal

· Kalimat Disusun secara Padu

Yang dimaksud dengan kepaduan dalam kalimat adalah adanya hubungan timbal balik

yang baik dan jelas di antara unsur-unsur (kata atau kelompok kata) yang membentuk kalimat tersebut.

· Kalimat Memiliki Bentuk-bentuk yang Sejajar (Paralel)

Kesejajaran bentuk berarti pengungkapan gagasan-gagasan yang sama fungsinya ke

dalam suatu bentuk atau struktur yang sama pula. Bila salah satu gagasan dinyatakan dalambentuk kata benda, gagasan lain yang memiliki fungsi yang sama dinyatakan dalam bentuk kata benda pula.

· Susunan Kalimat dengan Kata-kata yang Hemat

Untuk menjaga kehematan, kata, kelompok kata, atau bentuk lain yang tidak diperlukan

sebaiknya dihilangkan.

· Susunan Kalimat dengan Ketunggalan Arti (Tidak Ambigu)

Bahasa formal dan ilmiah mensyaratkan ketunggalan arti. Dengan demikian, kita harus

secara saksama mempertimbangkan setiap kata, kelompok kata, atau kalimat yang akan kita pakai agar pembaca memahami hal yang kita ungkapkan persis seperti yang kita maksudkan.

· Susunan Kalimat harus Logis

Disamping harus gramatikal, kalimat juga harus logis, dalam arti, harus mengandung penalaran atau logika yang baik atau dapat diterima oleh akal sehat.

Sumber :

http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2010/03/kalimat_dalam_bahasa_indonesia.pdf